30 Mei, 2009

RADEN BIMA GELAR SULTAN MUHAMMAD TAJUDDIN 1668-1708 M

RADEN BIMA GELAR SULTAN MUHAMMAD TAJUDDIN 1668-1708 M,SULTAN SAMBAS YANG KEDUA.

Dengan persetujuan Sultan Muhyiddin (Brunei),Raden Bima yang dilantik dengan nama Sultan Anom meminta diri untuk kembali ke Sambas,alat alat kebesaran kerajaan yang diterima dari Sultan Brunei dikumpulkan bersama alat alat yang diwariskan oleh Ratu Sepudak yang terdiri dari sebuah meriam kecil berbentuk pendek gemuk tidak berbuntut dengan nama “Raden Mas” dan sebuah lagi meriam kecil berbentuk panjang bernama “Raden Sambir”.benda benda Regalia ini disimpan dengan baik dan merupakan pusaka Kesultanan yang hanya dikeluarkan sewaktu ada upacara penting.

Dalam masa pemerintahanya,Sultan Muhammad Syafi’uddin 1 telah menetapkan tata cara pemilihan Sultan,yaitu :
1.Bakal calon Sultan ditunjuk oleh Raja,kemudian baru dipilih oleh kaum kerabat istana.
2.Setelah dipilih dan ditetapkan lalu diumumkan keseluruh negeri supaya diakui sebagai Sultan baru.

Pada setiap akan menobatkan seorang Sultan,diangkat pula para wazir dan menteri menteri.Falsafah rakyat Sambas,bahwa “Aur bergantung ketebing,tebing bergantung ke aur”,bermakna Sultan untuk rakyat dan rakyat untuk Sultan.sifat sifat asli itu dalam perjalanan kesultanan dan adat istiadat Sambas telah turun temurun dari abad keabad.

Benda pusaka kebesaran kerajaan sejak dari Sultan Muhammad Syafi’uddin 1, turun temurun hingga sekarang masih selalu dipakai sebagai perlambang dan simbol kerajaan seperti Singgasana,Bendera,Payung Ubur Ubur,Tombak Canggah,Keris,pedang dan Meriam Lancang kuning.

Payung kuning,payung ubur ubur dan tombak canggah dibawa kerabat sultan berpakaian seragam berwarna merah dan kuning pada upacara penobatan sultan,perkawinan,kematian dan kunjungan resmi.

Pada upacara penobatan Sultan,Wazir,Menteri,Pangeran dan acara perkawinan serta kematian benda pusaka kebesaran digunakan dengan ketentuan :

a. Pada acara pelantikan Sultan dilengkapi dengan payung kuning,tombak canggah sebanyak 12 buah,dan pada acara perkawinan serta kematian dilengkapi dengan payung kuning dan tombak canggah sebanyak 8 buah.

b. Pada acara pelantikan Wazir,Menteri kerajaan,Pangeran dilengkapi dengan payung kuning serta tombak canggah sebanyak 8 buah,dan pada acara perkawinan/kematian dengan 6 buah tombak canggah.

c. Pada acara pelantikan Urai menjadi Raden dilengkapi dengan payung kuning ,tombak canggah sebanyak 4 buah dan pada acara perkawinan/kematian 2 buah tombak canggah.

Setelah tiba kembali disambas,Raden Bima yang telah dinobatkan menjadi Sultan dengan gelar Sultan Anom oleh Sultan Muhyiddin(Brunei),dengan persetujuan wazir,para Menteri dan Panglima hulubalang,ia diangkat menjadi Sultan Sambas dengan gelar Sultan Muhammad Tajuddin (Sultan Sambas yang kedua).Dalam peristiwa yang sama telah diangkat pula Raden Ahmad putera dari Raden Abdul Wahab menjadi Pangeran Bendahara Seri Maharaja.
Raden Sulaiman (Sultan Muhammad Syafi’uddin 1) yang telah meletakkan jabatanya dilantik menjadi Yang Dipertuan kesultanan Sambas.

Sultan Muhammad Tajuddin yang masih muda belia,selain sebagai penganut agama Islam yang taat juga penuh dengan gagasan untuk memajukan kesultanan Sambas,ia berpendapat bahwa Lubuk Madung ( dahulu Ibukota Sambas),kurang cocok sebagai ibukota pusat pemerintahan kesultanan Sambas,setelah berembuk dengan Paduka Ayahanda Yang Dipertuan Kesultanan Sambas (Raden Sulaiman),wazir dan para Menteri,ibukota Sambas dipindahkan ke “Muara Ulakan”,yakni ditempat pertemuan tiga anak sungai,yaitu Sungai Sambas Kecil,Sungai Sambas Besar dan Sungai Subah.

Karena sudah cukup tua, Sultan Muhammad Syafi’uddin 1,terakhir bergelar Yang Dipertuan Kesultanan Sambas,meninggal dunia pada 10 Muharram 1080 H,hari Jum’at bersamaan dengan 9 Juni 1669.

Didalam pemerintahan Sultan Muhammad Tajuddin,negeri Sambas dari tahun ketahun semakin berkembang,bertambah maju dan makmur,demikian juga lalu lintas perdagangan hasil pertanian dan tambang emas,sehingga para saudagar dan kaum pelaut berdatangan singgah kenegeri Sambas membawa barang dagangan dan memperjual belikanya dinegeri Sambas.Demikian juga hubungan kekeluargaan antara negeri Sambas dan negeri Brunei serta Sukadana semakin erat,sehingga terjadi pertukaran kebudayaan dan kesenian.

Dari perkawinan Sultan Muhammad Tajuddin 1 dengan Puteri Indra Kesuma (asal Sukadana) memperoleh beberapa orang anak :

1.Raden Mulia (Melia) sebagai Putera Mahkota.
2.Raden Tengah bersuamikan Opu Daeng Kemasi’,digelar Pangeran Mangkubumi (saudara Daeng Opu Manambun,Panembahan Mempawah).
3.Raden Jenab bersuamikan Syaid Ali dari Aceh,digelar Pangeran Surya Dilaga.
4.Raden Rasmi bersuamikan keturunan Raja Sangau Kapuas,digelar Pangeran Kurnia.
5.Raden Ratna Kumala bersuamikan Pangeran Sambar Bayi.
6.Raden Fatimah bersuamikan Pangeran Tumenggung dari Trengganu.

0 komentar:

Posting Komentar

Pengguna anonim bebas berkomentar,tapi "Maaf" semua komentar memerlukan persetujuan untuk diterbitkan.

Pengikut

Download Ebook,Internet Mobile & Gadget

RANDOM POST

  © Blogger templates Modifikasi The Professional Gradient Template by Albert Kennedy 2010

Back to TOP