RIWAYAT KESULTANAN SAMBAS
RADEN SEMAR GELAR SULTAN UMAR AKAMUDDIN III 1830-1846
Raden Semar Bin Raden Jama’ dengan isterinya bernama Haji Bonda mempunyai putera bernama Raden Toko’.Dengan isterinya Enci’ Baso’ mendapatkan putera Raden Tajud (Raden Coleng) dan dengan isterinya Enci’ Mahwa memperoleh putera Raden Aria.
Raden Semar ,Sultan yang ke 10 dari kesultanan Sambas adalah seorang raja yang rendah hati,dekat dengan rakyatnya,ksatria dan mempunyai pengetahuan yang luas dari pengalaman yang didapatnya diluar negeri Sambas.
PEMERINTAHAN SULTAN UMAR AKAMUDDIN III 1830-1846
Pada masa Raden Semar muncul perselisihan keluarga istana antara Pangeran Jaya Kesuma Negara dengan Pangeran Ratu Nata Kesuma (Putera Mahkota) mengenai upeti dari kongsi China didaerah Lara,Lumar dan Bengkayang. Pangeran Jaya Kesuma Negara maupun Pangeran Ratu Nata Kesuma keduanya adalah keponakan dari Sultan.Akar perselisihan tersebut adalah karena keputusan Sultan memberhentikan pemberian upeti dari Kongsi Cina dari daerah Lara,Lumar dan Bengkayang kepada Pangeran Jaya Kesuma Negara dan dialihkan kepada Pangeran Ratu Nata Kesuma.Keputusan Sultan ternyata tidak diindahkan ole Kongsi Cina yang berada didaerah tersebut serta diikuti oleh kongsi yang didaerah Seminis dan Pemangkat,karena mereka mendapat ancaman dari Pangeran Jaya Kesuma Negara.
Pangeran Jaya Kesuma Negara adalah seorang bangsawan yang terkemuka,mempunyai pengaruh dalam keluarga istana dan sebagai seorang Panglima pengganti almarhum Pangeran Anom.Perselisihan tersebut sangat menyusahkan Sultan,karena menurut peribahasa”dicubit paha kanan terasa sakitnya pada paha kiri,atau bak memakan buah Simalakama (dimakan mati ayah,tidak dimakan mati ibu).Beberapa kali diusahakan oleh Sultan hendak memadamkanperselisihan itu dengan jalan damai,ternyata siai sia saja dan tidak memuaskan kedua belah pihak.Putusan terakhir yang dilakukan Sultan adalah menyingkirkan untuk sementara Pangeran Jaya Kesuma Negara (menantu Sultan) ke Betawi.Putusanya ini semata mata untuk menjaga ketertiban dan keamanan dalam negeri Sambas,yang disetujui pula oleh Residen Sambas.Keputusan yang dijatuhkannya itu diterima dengan sakit hati oleh Pangeran Jaya Kesuma Negara ,namun sebagai seorang Panglima Ia tidak menentang keputusan itu,karena seorang Panglima telah disumpah setia untuk patuh dan taat akan segala amanat Sultan.
PANGERAN JAYA KESUMA NEGARA KE BETAWI
Pada mlaam hari lepas sembahyang Isya dalam bulan Mei tahun 1833 berangkatlah Pangeran Jaya Kesuma Negara dengan sebuah kapal perang Belanda “Zeemeew” menuju Batavia.Ketika kapal yang membawanya tiba dipelabuhan Betawi,sebelum melangkahkan kakinya naik kedermaga,terlebih dahulu ia meminta supaya pinggir kapal tempat Ia akan terjun kedermaga barang barangnya dipindahkan kepinggir kapal sebelahnya,Maksudnya apabila nanti Ia menginjakkan kaki kepinggir kapal supaya kapal tidak miring.Permintaan Pangeran Jaya Kesuma Negara itu tidak ditanggapi oleh anak buah kapal,karena menurut mereka ,mana mungkin kapal yang besar akan miring Cuma lantaran disebelahnya berdiri seseorang (berapa sih ukuran berat tubuh seorang manusia).Namun apa yang terjadi benar benar membuat semua orang yang ada disitu terkeju,saat Pangeran Jaya Kesuma Negara hendak turun dari kapal dan melangkah kedermaga,kapal tersebut benar benar miring.Melihat keadaan kapal berat sebelah dengan tangkas dan gesit Pangeran Jaya Kesuma Negara melompat kelantai dermaga.Orang orang yang melihat kejadian tersebut menjadi bingung dan geleng geleng kepala sekaligus takjub kagum.Karena kejadian tersebut nama Pangeran Jaya Kesuma Negara di Batavia amat terkenal,orang orang selalu mengagumi kesaktian dan keberanianya,sehingga penduduk setempat begitu hormat kepadanya.
Setelah beberapa lama Pangeran Jaya Kesuma Negara menetap di Batavia,pada suatu hari rumahnya didatangi oleh seorang juru sita serta beberapa orang bumi putera.Juru sita itu akan menyita barang barang perabotan rumah tangganya karena bebrapa kali ditagih belum bayar.Tanpa banyak bicara Pangeran Jaya Kesuma Negara menampar dan menumbuk juru sita itu dan berkata :”Pergilah kamu menagih hutang kepada Sultan Umar Akamuddin dinegeri Sambas”.Sejak itu hutang itu tidak pernah lagi ditagih oleh yang berwajib demikian juga mengenai pemukulan itu tidak pernah dipersidangkan.
Pada akhit tahun 1844 muncul lagi suatu peristiwa yang menyedihkan terhadap diri Raden Musa gelarPangeran Kesuma Indra,adik Pangeran Jaya Kesuma Negara.Ia diasingkan oleh Sultan Umar Akamuddin ke pulau Banda Naire,karena dipersalahkan menghasut Kongsi kongsi Cina di Lara,Lumar dan Bengkayang berbuat khianat terhadap Sultan.
Pada tahun 1874 setelah beberapa lama menderita sakit Raden Muhammad Ali gelarPangeran Jaya Kesuma Negara wafat dan dikebumikan diKampung Angke,Batavia.Dalam pemerintahanya Sultan Umar Akamuddin III mengangkat Raden Ishak(Kelukur) sebagai Sultan Muda.Saudaranya yang bernama Raden Ruai gelar Pangeran Tumenggung Jaya Kesuma dan dua orang puteranya Raden Toko’ dan Raden Tajud diangkat sebagai Pangeran Ratu Mangku Negara dan Pangeran Bendahara Sri Maharaja.Tanggal 22 Desember 1846 bertepatan pada hari Ahad 1 Muharram 1263 Hijriyah,Sultan Umar Akamuddin III wafat dan kemudian disebut “Marhum Tengah”.
0 komentar:
Posting Komentar
Pengguna anonim bebas berkomentar,tapi "Maaf" semua komentar memerlukan persetujuan untuk diterbitkan.