RADEN MULIA (MELIA) GELAR SULTAN UMAR AKAMUDDIN 1 1708-1732 M
RADEN MULIA (MELIA) GELAR SULTAN UMAR AKAMUDDIN 1 1708-1732 M.SULTAN SAMBAS YANG KETIGA
Setelah beberapa tahun lamaya Raden Bima gelar sultan Muhammad Tajuddin memimpin kesultanan Sambas dengan aman,makmur dan adil,ia pun wafat dalam usia tua,yaitu pada hari Jum’at 1 Syafar 1120 H,bertepatan dengan tangal 22 April 1708.
Menurut adat istiadat dikesultanan Sambas,bahwa untuk pengganti raja biasanya diangkat dengan persetujuan keluarga Sultan serta para menterinya.
Setelah sepakat maka diputuskan untuk menggantikanNya sebagai Sultan Sambas,maka dinobatkanlah Puteranya yang sulung yaitu Raden Melia dengan gelar Sultan Umar Akamuddin 1.
Sultan Umar Akamuddin 1 didalam menjalankan pemerintahan negerinya sangat adil dan bijaksana,sehingga ia disebut rakyat Sambas dengan”Marhum Adil”.Sebutan ini adalah tepat dan benar,karena ia sebagai seorang Sultan memegang teguh dasar agama Islam yang sejati serta berperi kemanusiaan,tidak sewenang wenang dalam melaksanakan tugasnya.
Sultan Umar Akamuddin 1 pernah mengirim surat kepada Daeng Opu Manambun.Opu Daeng Perani,Opu Daeng Macelak,Opu Daeng Marewa dan Opu Daeng Kemasi’ dikepulauan Riau supaya mereka dapat berkunjung ke negeri Sambas.Opu daeng lima bersaudara mengutus Opu Daeng Manambun dan Opu Daeng Kemasi’ ke Sambas.
Tiba diSambas, Sultan Umar Akamuddin 1 menyampaikan niatnya berkenan menjodohkan saudara perempuanya bernama Raden Tengah dengan Opu Daeng Kemasi’,dan Opu daeng Kemasi diangkat sebagai Pangeran Mangkubumi.
Baca selengkapnya dalam( Raja Ali Haji “SILSILAH MELAYU DAN BUGIS”,disusun dan dikaji oleh Arena Wati,hal 155-158,Pustaka Antara,Kuala Lumpur).
Sultan Umar Akamuddin 1 wafat pada hari Jum’at 2 Rabi’ul Awal 1145 H,bertepatan dengan tanggal 24 Agustus 1732 M.Beristrikan Utin Kemala dari Kerajaan Landak,memperoleh beberapa orang anak yaitu :
1. Raden Dinga,bersuamikan Gusti Jamaluddin bin Opu Daeng Menambun digelar Pangeran Cakra.
2. Raden Timba’,bersuamikan Pangeran Adipati.
3. Raden Bungsu (Putera Mahkota).
2 komentar:
coba para pemimpin negeri kita bisa kaya raja2 tersebut ya..
sebutan yang saya/kami sebutkan bahwa penggunaan Daeng (abang) hanya untuk keluarga.
kami menyebut para raja tidak dengan embel-daeng. contoh "Opu Macelak, Opu Marewa" dst.
Posting Komentar
Pengguna anonim bebas berkomentar,tapi "Maaf" semua komentar memerlukan persetujuan untuk diterbitkan.